banner-imq

Gerakan 'Kakak Aman', Cara Hana Maulida Edukasi Anak dari Bahaya Kekerasan Seksual

7 komentar
Hana Maulida

Aisha masih duduk di bangku sekolah dasar ketika hidupnya berubah. Di usianya yang baru 7 tahun, ia seharusnya sibuk menggambar bunga di buku gambar atau belajar berhitung sederhana. Namun, rumah yang mestinya menjadi tempat paling aman justru menjadi ruang penuh ancaman. Ayah yang ia percaya, orang yang setiap hari menemaninya, melakukan hal yang tak bisa dipahami anak kecil, pencabulan.

Awalnya Aisha mencoba bercerita kepada ibunya. Dengan polos ia mengungkapkan ada hal aneh yang dilakukan ayah. Namun, kalimatnya dianggap angin lalu. Ibunya tak benar-benar mengerti, menangkap apa yang dimaksud Aisha.

Ketidakpercayaan sang ibu, membuat Aisha bungkam. Ia memendam rahasia pahitnya sendirian. Selama dua tahun, lebih dari sepuluh kali, kejadian pahit itu berulang. Setiap kali terjadi, luka batin Aisha makin dalam. Dan yang paling menakutkan adalah ketika ia tak tahu kepada siapa lagi harus meminta pertolongan.

Kisah Aisha adalah fakta menyakitkan yang amat miris. Bahkan orangtua sendiri belum paham tanda bahaya yang terjadi pada anak, bagaimana anak bisa mendapat perlindungan? Dari sisi anak, mereka yang kurang diedukasi perihal kekerasan seksual, tidak paham mana yang boleh dan mana yang dilarang disentuh orang lain.

Lahirnya Gerakan #KakakAman Oleh Hana Maulida Berawal dari Keresahan Hatinya


Berangkat dari kisah kelam seperti Aisha, Hana Maulida seorang ibu dua anak, asal Serang-Banten menggagas gerakan #KakakAman. Sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan pemda Serang, Hana bekerja dibawah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 

Dirinya tahu betul bagaimana angka kekerasan terhadap anak terus meningkat. Bahkan 60% dari angka kekerasan terhadap anak adalah kekerasan seksual. Lebih jauh, pelakunya kebanyakan orang terdekat korban seperti ayah kandung hingga paman. Bahkan korban yang merupakan anak kecil, lebih sering dianggap aib alih-alih sebagai korban yang harus dilindungi.

Membayangkan anak-anak yang terkena trauma psikologis, malah dianggap aib. Sebagai seorang Ibu, hatinya menangis ketika tidak bisa berbuat apa-apa. Mengingat hal ini, Hana pun mantap untuk membantu anak-anak 'melawan' kekerasan terhadap mereka.

"Setiap anak berhak atas rasa aman. Namun, di dunia yang 'keras' ini, mustahil menciptakan lingkungan yang benar-benar ideal. Maka, minimal anak perlu diajarkan untuk melindungi diri dari perlakuan biadab yang siap menyergap mereka." Ungkap Hana dengan penuh semangat.

Pada Januari 2023 bersama dua temannya, Nining Fatmawati dan Nining Fatimah, Hana memulai aksi dengan membuat gerakan 'Kakak Aman'. Mereka berfokus mengedukasi anak-anak sekolah dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK) dan SD.

"Mengapa memilih kata 'Kakak Aman'? karena 'Kakak' merupakan sosok yang dekat dengan anak, bisa menjadi teman sekaligus pelindung bagi mereka. Sedangkan kata 'aman' adalah kondisi yang bebas dari bahaya. Maka dipilihlah nama 'Kakak Aman'." terang Hana Maulida mengawali ceritanya.


Kakak Aman bergerak dengan slogan 'Empower children with sexual education in a fun and interactive way'. Melalui slogan ini, Hana mengungkap maknanya sebagai sebuah gerakan pendidikan yang fokus untuk memberdayakan anak-anak dengan pendidikan seksual yang dikemas dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.

Hana percaya, membicarakan seksualitas bukanlah hal yang tabu. Namun, justru kebutuhan mendesak. Semakin dini anak dibekali pengetahuan, semakin besar peluang mereka terhindar dari kejahatan seksual.

“Pendidikan seksual itu bukan tentang hal-hal vulgar. Tapi tentang tubuhku adalah milikku, tentang siapa yang boleh menyentuh, siapa yang tidak, bagaimana anak mengenali sentuhan aman dan tidak aman. Itu kunci pencegahan.” jelas Hana dengan penuh semangat


Visi yang Menjadi Landasan yang Menguatkan


Gerakan Kakak aman
Volunteer Kakak Aman dan anak-anak SDN 2 Cikande, Serang berpose setelah menerima edukasi (foto: kakakaman.id)

Visi utama gerakan Kakak Aman adalah menciptakan lingkungan yang aman bagi anak untuk tumbuh dan berkembang. Aman bukan hanya berarti bebas dari kekerasan fisik, tetapi juga bebas dari kekerasan verbal, emosional, maupun bentuk penelantaran. Dengan lingkungan yang aman, anak-anak bisa lebih fokus untuk menemukan dan mengembangkan potensi terbaik yang ada dalam dirinya.

"Kalau anak tidak punya pengetahuan tentang mana yang boleh mana yang tidak, bagaimana anak bisa melindungi diri?" Terang Hana.

Melalui gerakan 'Kakak Aman', Hana percaya bahwa setiap anak memiliki talenta unik. Namun, potensi itu hanya bisa tumbuh bila kebutuhan dasar mereka akan rasa aman telah terpenuhi. Siapapun orang tua, guru, tetangga, bahkan sesama anak muda dapat mengambil peran untuk melindungi anak dari kekerasan.

Gerakan ini juga ingin mematahkan stigma bahwa perlindungan anak hanya tanggung jawab keluarga inti. Justru, komunitas yang peduli bersama-sama akan jauh lebih efektif menciptakan ekosistem aman.

Perjalanan Memberi Edukasi yang Pendidikan Seksual Pada Anak Usia Dini


Sekolah pertama yang kunjungi oleh Hana dan teman-temannya untuk melakukan edukasi pertama kali adalah SDN Buah Gede, Kqbupaten Serang-Banten. Mereka menggunakan pendekatan yang mudah dimengerti anak-anak berupa modul informasi.

Mereka merancang modul pertama yang fokus pada pencegahan kekerasan seksual. Mereka mengajarkan private part (bagian tubuh pribadi), bagian yang boleh disentuh dan tidak. Mereka juga mengajarkan anak-anak bagaimana menghadapi situasi tidak aman yang terjadi pada mereka. Bagaimana berkata 'tidak' untuk memproteksi diri, serta menekankankan anak untuk berani bercerita pada orang dewasa yang dipercaya.

Metode Fun Learning yang Mengubah Cara Pandang


Kakak Aman
Hana Maulida dan Tim Kakak Aman ketika melakukan edukasi kepada anak (foto: kakakaman.id)

Kakak Aman Indonesia memberikan penyuluhan menggunakan metode fun learning dan interaktif. Artinya materi edukasi yang diberikan bukan materi kaku. Hana dan tim Kakak Aman Indonesia merancang metode belajar yang ramah anak, seperti:
  • Permainan interaktif yang membantu anak membedakan safe touch dan unsafe touch.
  • Cerita bergambar agar anak lebih mudah menyerap pesan tanpa rasa takut.
  • Simulasi role play untuk melatih keberanian berkata “tidak” dan segera melapor bila ada perlakuan mencurigakan.

Kakak Aman Indonesia juga menyediakan materi edukasi yang menarik. Organisasi yang berbasis di Serang, Banten ini telah mengedukasi lebih dari 150 guru dan orangtua. Banyak kasus pelecehan justru tidak terdeteksi karena orang tua tak paham tanda-tandanya. Dengan pemahaman yang benar, orang tua bisa lebih sigap merespons cerita anak.

Melawan Tabu dan Rasa Takut


Data kasus kekerasan seksual anak di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyebut jumlah kasus kekerasan per 1 Januari 2025 sebanyak 22.220 kasus, dengan 4.663 korban laki-laki dan 19.051 adalah merupakan kekerasan seksual. Lebih parahnya lagi, banyak kejahatan seksual dilakukan oleh orang dekat korban

“Ini adalah kasus yang dilaporkan. Kekerasan yang tidak terlapor justru jauh lebih banyak.” Ungkap Hana dengan nada miris.

"Kita semua sepakat kita sebel sama kasus-kasus itu. Tapi apa selanjutnya? Kita ini bisa apa? Apakah hanya diam dan menyaksikan, sementara anak-anak Indonesia, anak-anak kita di luar sana tumbuh berkembang setiap harinya tanpa ada yang memberi tahu mereka, gimana caranya melindungi dirinya sendiri dari kekerasan seksual." Lanjut Hana dengan nada penuh keresahan.


Berangkat dari fakta inilah, Hana Maulida mantap untuk terus melanjutkan aksinya 'menyelamatkan' banyak anak Indonesia dari bahaya kekerasan seksual.

Dampak dari Aksi Nyata Kakak Aman Indonesia


Sejak berdiri awal 2023, Hana terus berupaya untuk mengedukasi anak-anak. Gerakan Kakak Aman Indonesia sudah menjangkau lebih dari 4000 anak di berbagai sekolah dan komunitas. Hasil kerja Hana dan Tim Kakak Aman menjadikan anak-anak mulai berani berkata tidak, mulai paham bahwa tubuh mereka berharga. Mereka mulai bisa membedakan mana sentuhan yang aman, mana yang tidak.

Bahkan, hingga saat ini organisasi Kakak Aman Indonesia telah mengedukasi lebih dari 150+ orang guru dan orang tua, telah melahirkan 50 'Guru Aman' yang telah mendapatkan pelatihan untuk menjadi fasilitator guru aman di sekolah. Selain itu, terdapat 17 daerah penerima manfaat untuk program penyuluhan kekerasan seksual.

Menerima Apresiasi 15th SATU Indonesia Award


Seiring waktu, gerakan #KakakAman bertransformasi menjadi sebuah organisasi di bawah Yayasan Kakak Aman Indonesia. Dengan adanya transformasi ini, Hana berharap dapat menjangkau lebih banyak anak-anak, orangtua, guru, dan masyarakat umum yang bisa diedukasi.

Dedikasi Hana melalui Kakak Aman Indonesia mendapat pengakuan nasional. Tahun 2024, Hana Maulida meraih apresiasi 15th SATU Indonesia Award bidang pendidikan melalui program "Sahabat Pelindung Anak dari Kekerasan".

Hana Maulida
Ekspresi wajah bahagia Hana Maulida dan Tim Kakak Aman saat menerima penghargaan SATU Indonesia Awards (foto: instagram.com/kakakaman.id)

Bagi Hana, penghargaan ini bukan sekadar simbol pengakuan dan penghargaan, melainkan sebuah tanggung jawab untuk terus menghapuskan kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia.

Penghargaan ini datang dengan tanggung jawab untuk terus berjuang menuju impian untuk menghapuskan kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia. Hana dan Tim Kakak Aman semakin bersemangat untuk terus memperluas jangkauan program, bukan hanya di sekitar Serang-Banten saja, tetapi hingga ke seluruh pelosok Indonesia.

Hana percaya, setiap anak berhak merasa aman, berhak tumbuh tanpa ketakutan, dan berhak mendapatkan pendidikan seksual yang tepat sesuai usia. Hingga Kini Kakak Aman Indonesia melalui komunitas Kakak Aman terus membuka peluang untuk menjadi volunteer. Hingga kini, terdapat 55+ relawan yang telah berdedikasi menyebarkan edukasi perlindungan panak dari kekekrasan dan terus bertambah.

Impian Mulia Melalui Kakak Aman Indonesia


"Namanya juga mimpi, makanya kami berharap yang bagus-bagus. Mimpi kami pendidikan seksual anak mudah dijangkau dan diakses oleh siapapun. Pendidikan seksual Kakak Aman masuk ke kurikulum nasional." Ungkap Hana dengan nada harap dan optimis.


Semoga dengan adanya edukasi pengetahuan tentang edukasi yang semakin meluas kekerasan seksual pada anak dapat dihilangkan.

Kisah Aisha adalah pengingat pahit bahwa pelecehan bisa terjadi kapan saja, bahkan di rumah sendiri. Namun, dengan keberanian orang-orang seperti Hana dan gerakan seperti Kakak Aman Indonesia, harapan itu selalu ada.

Ini merupakan #kabarbaiksatuindonesia, Jika setiap anak Indonesia tahu bahwa tubuh mereka berharga, tahu cara melindungi diri, dan tahu kepada siapa harus melapor. Jika setiap orang tua mau mendengar, percaya, dan mendukung cerita anak. Mungkin, kisah seperti Aisha tak lagi terulang.

Kakak Aman Indonesia mengajarkan kita bahwa pendidikan seksual bukan sekadar pengetahuan, tapi perisai. Bukan tentang membuka tabu, melainkan tentang menutup peluang predator. Karena setiap anak berhak aman, berhak bahagia, dan berhak tumbuh di lingkungan yang aman. ***

Referensi:
Webinar GNFI Bersama Hana Maulida
https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan
https://www.instagram.com/kakakaman.id
https://kakakaman.id/
Ide Bisnis MQ
Hi, selamat datang di blog Ide Bisnis MQ. Semoga Sobat MQ bisa mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari tulisan di blog ini. Jika ingin bekerja sama silakan email di kontak blog ya :)

Related Posts

7 komentar

  1. Gerakan #KakakAman edukasi kekerasan seksual sejak dini dengan cara fun dan interaktif itu penting banget, supaya anak paham bahwa tubuhnya berharga, tahu mana yang aman dan tidk, serta berani bilang ‘tidak’ & bercerita. Salut buat Mbak Hana Maulida & timnya yang sudah bergerak nyata 💪

    BalasHapus
  2. Masya Allah. Gerakan "Kakak Aman" adalah sebuah inisiasi yang sangat bagus. Mudah-mudahan lebih banyak sekolah dan komunitas yang terjangkau sosialisasi gerakan ini. Akan lebih baik kalau dinas pendidikan bekerja sama dengan Yayasan Kakak Aman untuk memperluas jangkauan anak-anak terpapar edukasi pencegahan kekerasan seksual.

    BalasHapus
  3. Saya paling tidak suka dengan cerita seperti ini. Sedih nya...memang harus ada edukasi bagi siapapun terutama anak agar tetap aman.

    BalasHapus
  4. Keren banget program #kakakaman ini, masyaallah. Awalnya kepo dengan cara menyebarluaskan program ini seperti apa. Ternyata sudah terjawab setelah tuntas membaca tulisan ini. Founder #kakakaman sosialisasi ke sekolah-sekolahdengan bahasa yang mudah dipahami. Semoga komunitas ini banyak diadopsi di daerah lain untuk merangkul banyak anak paham tentang kejahatan seksual.

    BalasHapus
  5. Ini hal yang penting sekali di edukasi bagi semua kalangan agar waspada dengan predator dimana mana

    BalasHapus
  6. MaasyaAllah, keren banget gerakan #KakakAman ini. Menjawab keresahan kita semua, pusing banget tiap lihat berita pelecehan di mana-mana. Jadi pengen gabung volunteer kakak aman inii :)

    BalasHapus
  7. Suka sekali sama kalimat : setiap anak berhak merasa aman, berhak tumbuh tanpa ketakutan, dan berhak mendapatkan pendidikan seksual yang tepat sesuai usia. Semoga program kakak aman ini bisa menyebar biar kita juga bisa lebih empati sama sekitar dan saling menjaga

    BalasHapus

Posting Komentar