"Mami, hebat sekali bisa nulis ini. Ada bahasa inggrisnya. Keren." Begitu kata si Sulung ketika dia melihat nama ibunya tertulis di buku Tradisi Makan Siang Indonesia.
Hmm...jangankan kamu nak, ibumu ini juga tidak menyangka bisa menjadi salah satu penulis dalam karya sehebat ini. Bukan..bukan! Ini bukan karya, tapi maha karya! Yuk kita bedah bagaimana review buku yang launchingnya diliput oleh 14 media nasional ini.
Tradisi Makan Siang Indonesia: Kumpulan Cerita, Ritual Khas Makan Siang, dan Resep Masakan Indonesia
Buku Tradisi Makan Siang Indonesia adalah buku nonfiksi yang berisi kumpulan cerita tradisi makan siang di Indonesia, dilengkapi dengan resep, cara penyajian, serta cerita yang menyertai kebiasaan makan siang dari keluarga Indonesia.
Kalau SobatMQ pecinta kuliner, pebisnis makanan, atau paling penasaran dengan berbagai tradisi makan siang di Indonesia, buku ini bisa menjawab itu semua. Bersampul warna kuning lemon dengan isi full color ini masih membuat saya tak percaya, jika saya adalah salah satu penulis di dalamnya.
Bersampul tebal dengan desain plating makan siang khas Indonesia begitu menawan. Berat? Sudah pasti. Buku ini paling tebal dibanding buku antologi lain yang saya punya. Jika buku antologi biasanya hanya 150-200 halaman, jumlah halaman buku Tradisi Makan Siang Indonesia ini lebih dari 500 halaman.
Mengingat saya menjadi bagian dari salah satu penulis buku antologi Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya, membuat saya sangat bangga. Bagaimana tidak, Buku Tradisi Makan Siang Indonesia (TMSI) adalah sebuah proyek buku antologi yang dikerjakan dengan dedikasi tinggi dan sangat serius. Tak salah bila Kak Katerina, seorang blogger senior sekaligus juri berbagai lomba blog menyebut bahwa buku ini 'super premium'.
Saya pun berpendapat sama. Kedatangan buku ini di pertengahan Oktober 2025, membuat saya penasaran. Benarkah buku TMSI begitu premium? Pembaca Blog MQ pasti juga penasaran khan? Yuk, lanjutkan membaca, banyak resep makanan khas Indonesia yang bisa kamu recook lho.
Identitas Buku
Judul Indonesia: Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya
Judul Inggris: Lunch Traditions in Indonesia: A Collection of Dhises and Display
Bahasa: Indonesia, Inggris
Penulis: 40 Penulis Food Blogger Indonesia
Editor: Amanda Katili Niode, Ph.D
Translator: Awi Xhan
Desain cover: Ghofar I. Amar
Ilustrasi Isi dan Tata Letak: Goodteadesign
Penerbit: CV Diomedia
Cetakan Pertama: Agustus 2025
Jumlah Halaman: XXIV + 482 Halaman
Dimensi Buku: 20*23 cm
No. ISBN: 978-634-7208-12-5
Blurb Buku Tradisi Makan Siang Indonesia
Makan siang bukan sekadar jeda di tengah hari, melainkan ritual yang merekam jejak budaya, identitas, dan kebersamaan masyarakat Indonesia. Tradisi ini hadir dalam beragam bentuk: dari sajian rumahan penuh kehangatan, bekal anak sekolah, kulineran, hingga hidangan komunal dalam acara adat.
Melalui 40 tulisan dari 17 provinsi di 8 pulau, buku ini menyajikan potret kaya ragam kuliner Nusantara: dari Papeda di Papua, Soto Banjar di Kalimantan Selatan, hingga Rujak Cingur dari Jawa Timur. Resep turun temurun, teknik memasak khas, pilihan wadah penyajian, dan cara menyantap, semuanya membentuk narasi yang menghidupkan kembali makna makan siang dalam keseharian.
Kisah-kisah ini tidak hanya membangkitkan nostalgia, tetapi juga menunjukkan bagaimana makan siang menjadi ruang pertemuan lintas generasi dan budaya. Kebersamaan dalam tradisi liwetan, makan behidang, botram, atau mo mulayadu, memperlihatkan bahwa hidangan bukan hanya soal rasa, tetapi juga rasa memiliki.
Sambutan dari para tokoh pemerintah dan akademisi ternama, serta testimoni sejumlah praktisi kuliner, turut memperkaya dan menegaskan pentingnya dokumentasi budaya makan siang ini.
Dibuka oleh catatan dari peneliti Pusaka Rasa Nusantara dan ditutup dengan refleksi seorang blogger kuliner senior, buku ini mengajak pembaca menyelami hangatnya suasana makan siang sebuah peristiwa sederhana yang menyimpan banyak cerita.
Latar Belakang Lahirnya Buku Tradisi Makan Siang Indonesia
Saya sendiri speechless ketika dikabari oleh seorang teman sesama kontributor buku TMSI, bahwa naskah yang awalnya dijadwalkan akan dibuat ebook berubah menjadi buku fisik. Isi tulisan dalam buku ini merupakan karya para peserta lomba menulis dari Komunitas Food Blogger Indonesia. Tema yang diangkat dalam cerita adalah tentang tradisi makan siang, cara penyajian, hingga resep makanannya.
Sekitar Oktober tahun 2024, merupakan batas akhir pengiriman karya. Sedari awal sudah diberitahukan bahwa setiap naskah yang dikirim akan dibukukan menjadi electronic book (ebook) dengan judul yang sama. Saya sempat berganti-ganti ide tulisan, hingga akhirnya menjatuhkan pilihan pada tradisi makan siang ala kampung halaman, Palembang.
Setahun berlalu, saya pun sudah melupakan naskah yang dikirimkan. Saya pikir, nanti jika ebook rampung, penulis pasti akan dihubungi oleh panitia. Selang beberapa bulan kemudian (saya lupa tepatnya kapan), Kak Katerina sebagai salah satu juri, mengontak via WhatsApp. Beliau meminta data saya sebagai bionarasi untuk naskah yang saya kirim. Saya pikir, seharusnya ada di dalam naskah tulisan, rupanya tidak ada. Baiklah, mungkin saya terlewat saat itu. Saya kembali mengirimkan. Sampai di situ, selesai. Tidak ada informasi lanjutan.
Lama tidak ada kabar, berbulan-bulan bahkan saya pun sudah melupakan naskah ini. Hingga muncullah obrolan dari teman yang mengatakan bahwa buku TMSI akan segera launching dalam bentuk fisik.
Peluncuran buku TMSI diselenggarakan pada Kamis, 16 Oktober 2025 jam 14.30-17.00 WIB di Atelier Rasa, Jakarta, yang bertepatan dengan World Food Day atau Hari Pangan Sedunia. Saya pun kaget. Semua penulis diundang ke acara peluncuran ini.
Wajar saja bila acara peluncuran buku ini menarik banyak media nasional. Terdapat 14 media nasional diantaranya Media Indonesia, Antara News, Liputan6, Jawa Pos, TribunNews, Berita Online, Jakarta Terkini, Koran Jakarta, Malang Hits dan banyak lagi yang menulis event launching buku Tradisi Makan Siang Indonesia ini. Masya Allah!
Tajuk 'Book Talk' dipilih sebagai bagian dari acara bincang bersama. Pembicara yang hadir saat itu adalah Mei Batubara (Direktur Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia) beliau juga di buku TMSI mengisi prolog. Sedangkan Kak Katerina sebagai salah satu juri di Lomba Tradisi Makan Siang Indonesia mengisi Epilog di Buku TMSI, Ibu Amanda Katili sebagai Ketua dari Omar Niode Foundation pengisi sekapur sirih dalam buku TMSI, Chef Tia Agustiah-pemilik Dapur Larisan sekaligus Manajer Operasional Kuliner Le Cordon Bleu New Zealand (2019-2022) turut memberi testimoni pada buku ini.
Kata sambutan yang tercantum dalam 'sekapur sirih' oleh Ibu Amanda Katili Niode pada buku terbitan CV Diomedia ini menyebutkan dirinya terinspirasi ketika menjadi salah satu kontributor Buku At the Table: Food and Family Around the World. Buku tersebut diterbitkan di Amerika Serikat yang berisi tentang kisah dari 38 negara dari berbagai penjuru dunia. Dari sinilah muncul ide untuk mendokumentasikan tradisi makan siang di Indonesia.
“Buku ini bukan hanya kumpulan resep, melainkan potret kehidupan harian masyarakat Indonesia dari sudut pandang kuliner. Makan siang mencerminkan nilai kekeluargaan, kreativitas lokal, dan bahkan daya tahan budaya.”(Amanda Katili, Ketua Omar Niode Foundation, mengutip dari Media Indonesia)
Ide untuk menerbitkan buku TMSI dari rencana semula hanya dibuat ebook berubah menjadi buku fisik. Apa yang membuatnya makin menarik? Bukunya dwibahasa! Indonesia dan Inggris, hardcover, dan full color. Wow.
Makin menarik lagi adalah semua kontributor buku TMSI mendapatkan buku TMSI yang dikirim ke alamat masing-masing. Masya Allah. Mimpi apa ya sehingga saya bisa mendapat buku super premium ini? Saya lanjutkan lagi ya.
Review Buku Tradisi Makan Siang Indonesia
Buku Tradisi Makan Siang Indonesia ini ditulis oleh 40 kontributor dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dari 40 tulisan yang ada di buku ini terdapat ragam tradisi makan siang dari 17 provinsi di 8 pulau Indonesia. Semua jenis tradisi makan siang ini tentu saja menambah khazanah saya dalam dunia kuliner asli Indonesia. Terutama tentang makna makan siang.
Jika boleh jujur, dari hati saya terdalam saya ingin menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penerbitan buku TMSI. Kepada Ibu Amanda Katili dan Tim dari Omar Niode Foundation, Kak Katerina, CV Diomedia, dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Ini adalah buku antologi terbaik yang saya punya. Saya baru memiliki 3 karya antologi. Dan ini adalah antologi terbaik yang saya miliki, dikerjakan dengan full heart, full effort, dan high dedicated.
Melalui tulisan ini juga saya ingin mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada Omar Niode Foundation, Ibu Amanda katili yang telah berjuang keras mencurahkan pikiran, tenaga, dan waktu untuk menerbitkan buku ini.
Kepada Direktut Indonesia Gastronomy Foundation, Ibu Mei Batubara yang sambutannya memberi insight baru bagi saya.
"Di Indonesia terdapat sedikitnya 30 jenis makanan pokok. Bukan hanya nasi, jenis makanan pokok yang ada di Indonesia berasal dari umbi-umbian, jagung, sagu, sorgum, dan berbagai serealia lainnya. Jadi jangan memaksakan untuk mengkonsumsi nasi pada masyarakat tradisional yang tidak biasa mengonsumsinya."
(Mei Batubara, Direktur Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia. Prolog buku hal-13)
Kepada koordinator sekaligus salah satu juri dalam lomba penulisan naskah Tradisi Makan Siang Indonesia ini, Kak Katerina yang telah bersusah payah mengkoordinir penulis yang kontaknya antah berantah (seperti saya) maaf sudah banyak merepotkan, Kak :)
Melalui buku ini juga saya jadi banyak tahu tentang ragam kuliner nusantara, seperti sambal cincalok dari Pontianak, yang hampir mirip dengan makanan khas Palembang yaitu bekasam. Sambal Cincalok merupakan fermentasi udang rebon dengan nasi dan garam. Ini mirip sekali dengan bekasam Palembang, membacanya saja sudah membuat saya menahan liur, semakin rindu kampung halaman hehehe.
Tak lupa juga ucapan selamat kepada semua penulis buku Tradisi Makan Siang Indonesia, semua pemenang dan juga para penulis inspiratif di dalamnya. Membaca buku TMSI membuat saya mencatat beberapa menu baru pada catatan pribadi, agar suatu ketika saya plesiran ke daerah tersebut, saya bisa mencicipinya. Amiin.
Buku Tradisi Makan Siang Indonesia Cocok Dibaca Siapa Saja?
Semua kalangan! Saya merekomendasikan SobatMQ untuk membaca buku ini. Mulai dari tingkat sekolah hingga dewasa, bagi pebisnis kuliner yang masih bingung mau usaha kuliner apa, menu apa, cara memulai usaha, coba baca buku ini. Kamu akan mendapat banyak resep kuliner khas Indonesia di dalamnya.
Anak saya yang sekolah dasar, selalu teringat cerita tentang Papeda dari Papua. Bagaimana teksturnya, sajiannya, dan cara memakannya. Disini juga terdapat cara memasaknya lho. Saya juga baru tahu kalau untuk memasak papeda, tepung sagunya harus dicuci dulu. What mencuci sagu? Penasaran kan? Sama! Makanya baca saja deh.
"Lahir dan besar di Papua, tentu diriku harus bisa membuat Papeda. Memang tampak sederhana tetapi butuh teknik khusus untuk mendapatkan tekstur yang tepat."(Florence Niken Proboretno, PT Put era Manunggal Perkasa, hal-181)
Ada lagi menu makanan Sate Lilit Bali dari ikan tenggiri. Waw! Saya sering melihat kuliner ini dijual sekitar rumah saya. Namun yang rasanya khas seperti yang diceritakan mbak Henny Nursanty, mantan jurnalis KBR 68H Jakarta, saya belum mencobanya. Sepertinya menarik kalau bisa ditemukan tidak hanya di Bali.
Masih banyak ragam kuliner lainnya yang cocok kamu recook dan dijadikan ide bisnis nih. Makin penasaran kan sama isi bukunya? Bacaaaa hihihi..
Penutup
Sob, mungkin sebagian kita menganggap bahwa aktivitas makan siang bersama adalah sebuah tradisi biasa. Ketika kita kecil hingga dewasa, kegiatan ini adalah kegiatan yang biasa saja. Kebiasaan berulang yang kita lakukan. Terlihat tidak ada yang istimewa karena seringnya dilakukan.
Tetapi, ketika sudah menikah dan jauh dari kampung halaman dan orang tua, aktivitas makan siang menjadi sebuah momentum yang sangat berharga. Kebiasan yang membuat kita rela membayar mahal untuk sebuah kesempatan berharga ini.
Dalam buku ini saya juga bercerita bahwa untuk dapat merasakan momen makan siang bersama ibunda tercinta, saya rela menempuh perjalanan panjang dan ‘memutar’ hanya demi bisa mencicipi menu makan siang bersama orangtua.
Saya menganggap bahwa tradisi makan siang bukan sekadar kebiasaan atau rutinitas semata, namun juga aktivitas penting sebagai momen berbagi cerita, cinta, dan saling menguatkan antar anggota keluarga.
Semoga kamu dan pembaca buku Tradisi Makan Siang Indonesia dapat mengambil hikmah dari setiap cerita yang ada. Dan semoga (juga) kita tetap dapat melestarikan menu, cara penyajian, dan resep makan siang di Indonesia ini sebagai salah satu warisan tak benda untuk anak cucu kita nanti. Amiin.
Salam,
MQ
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

Saya fokus dengan isi dari buku ini : tradisi makan siang, cara penyajian, hingga resep makanannya..ternyata tiap penulis bisa beda-beda ya
BalasHapus