banner-imq

Mengajarkan Literasi Keuangan Anak Melalui Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi


Hi Sobat MQ!
Saya mau bercerita bagaimana cara mengajarkan literasi keuangan pada anak melalui contoh perencanaan keuangan pribadi yang sederhana. Seperti kita ketahui bersama, jika literasi keuangan adalah salah satu kecakapan khusus yang wajib dimiliki setiap orang untuk mencapai kesejahteraan finansial.

Salah satu pondasi untuk menjadi negara maju, Indonesia harus memiliki perekonomian yang kuat. Bagaimana menjadi negara dengan perekonomian yang kuat, dan sehat? Tentu warga negara Indonesia harus mempunyai kecakapan finansial. 

Namun faktanya hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia di tahun 2022 sebesar 49,68% dengan indeks inklusi keuangan secara umum sebesar 85,10%.

Angka ini seharusnya menjadi evaluasi bersama. Mengapa? Meski telah terjadi peningkatan literasi keuangan pada masyarakat Indonesia dari tahun sebelumnya sebesar 38,03% meningkat menjadi 49,68%. Namun harus menjadi bahan evaluasi bersama bahwa ternyata belum seluruh masyarakat Indonesia yang benar-benar memiliki kemampuan literasi keuangan yang memadai.

Literasi keuangan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang meliputi pengetahuan, keterampilan, pemahaman serta keyakinan tentang keuangan. Kemampuan ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan bagi kesejahteraan kehidupannya.

Sedangkan inklusi keuangan adalah ketersediaan akses yang bisa dimanfaatkan masyarakat baik produk, layanan, atau jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan kehidupan finansialnya.

Masih dari hasil survei dari OJK, sejauh ini tingkat literasi keuangan masyarakat perihal dana pensiun, asuransi, lembaga keuangan mikro, hingga lembaga pembiayaan masih dibawah 30%. Sedangkan untuk masyarakat yang memiliki literasi keuangan di sektor pasar modal sebanyak 4,11%. Sedangkan untuk lembaga pembiayaan 14,44% dan fintech sebesar 10,90%.

Hal ini bisa jadi karena tingkat inklusi keuangan di sektor pasar modal hanya sebanyak 5,19%, dana pensiun 5,42%, serta lembaga keuangan mikro 5.53% dan fintech 5.56% .

Dengan rendahnya cakupan inklusi keuangan di Indonesia hal ini patut menjadi perhatian kita bersama guna meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia. Sebagai sosok pendidik dalam rumah tangga, demi meningkatkan literasi keuangan dalam lingkup keluarga, yang saya lakukan adalah mengajakan anak-anak agar memiliki kemampuan mengelola keuangan.

Pendidikan Literasi Keuangan dimulai dari Rumah


Bangsa ini menaruh harapan besar tentang pendidikan anak-anak dalam keluarga pada seorang Ibu. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Maka sebagai sekolah pertama bagi anak, saya mulai dengan memberi contoh cara mengelola keuangan sederhana anak dengan cara menabung.

Literasi keuangan

Ya, menabung!
Menabung adalah salah satu contoh perencanaan keuangan pribadi sederhana yang mudah.

Seseorang yang paham konsep uang tentu pertama kali akan mengalokasikan uangnya untuk ditabung kemudian diinvestasikan. Anak-anak yang terbiasa menabung adalah kontrol pertama terhadap uang. Bahwa uang yang dimilikinya tak serta merta langsung bisa dibelanjakan sesuai keinginan.

Mereka harus paham bagaimana mengontrol diri sebelum belajar manajemen keuangan. Barulah kemudian anak diberi kuasa dalam pengambilan keputusan finansialnya. Secara sederhana, bagaimana anak bisa membedakan antara kebutuhan atau keinginan.

Sebelum memutuskan membeli sesuatu, saya ajarkan anak menjawab beberapa pertanyaan berikut:
  • Apa fungsi barang tersebut?
  • Apakah fungsi tersebut tidak dimiliki oleh barang lain yang telah dimiliki?
  • Seberapa mendesak untuk memiliki barang tersebut?
  • Apakah masih bisa digantikan dengan menggunakan barang lain?

Jika semua jawaban atas pertanyaan di atas adalah 'tidak' maka saya mengizinkan anak untuk membeli barang yang dimaksud.

Miris mengetahui data jumlah orang yang terlibat pinjaman online (pinjol) hingga pertengahan 2023 adalah kelompok usia 19-34 tahun. Dan lebih parahnya lagi usia produktif ini terlibat dalam kredit macet pinjol. Disebut kredit macet jika melakukan gagal bayar hingga 90 hari. Total akumulasi kredit macet ini senilai Rp 763,65 miliar atau 44,14% dari total kredit.

Jika di lihat usia ini mereka termasuk dalam generasi Z dan generasi milenial. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya generasi emas Indonesia memiliki kemampuan mengelola keuangan.

Padahal jika mereka memiliki kemampuan literasi keuangan hal ini tidak akan terjadi. Namun sayangnya, kita harus menelan pil pahit bahwa literasi keuangan tidak pernah diajarkan di sekolah atau pendidikan formal lainnya. Padahal hal ini sangat penting untuk mendukung kesuksesan setiap orang.

Jika literasi keuangan penting, mengapa literasi keuangan tidak diajarkan di sekolah atau pendidikan formal? Karena masih banyak yang menganggap bahwa masalah financial adalah ranah pribadi yang tidak boleh dicampuri orang lain. Oleh karena itu, pendidikan literasi keuangan hendaknya diberikan dari rumah oleh orang tua.

Cara Mengajarkan Literasi Keuangan Pada Anak Melalui Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi


Literasi keuangan pada anak

Pelajaran pertama tentang literasi keuangan yang saya ajarkan pada anak adalah dengan memberi tindakan nyata. Saya memberikan pelajaran literasi keuangan melalui contoh perencanaan keuangan pribadi dengan langkah-langkah berikut.

1. Mencatat semua sumber penghasilan mereka dari mana saja


Saya mengajak anak untuk mencatat dari mana saja uang (penghasilan) yang mereka dapatkan. Tentu anak akan menuliskan dari uang jajan rutin, dari uang bonus karena mendapat nilai bagus, dari uang tambahan karena membantu orang tua, hasil berjualan kreativitas dan sebagainya. Mereka mencatat semua sumber penghasilannya. Penghasilan rutin (tetap) dan penghasilan tidak rutin (tidak tetap).

2. Berapa jumlah yang ingin diinfakkan dari penghasilan yang ada


Saya juga mengajarkan anak cara berbagi sejak kecil. Dari uang yang ada berapa jumlah yang ingin mereka infakkan. Nanti mereka akan menyisihkan jumlah yang sesuai dengan kemampuan mereka.

3. Benda apa yang ingin dimiliki di bulan tersebut?


Wajar bila anak-anak sangat suka dengan mainan. Meski di rumah sudah ada gunung-gunung mainan, tetap saja mainan baru lebih menarik. Maka, saya juga bertanya benda apa yang ingin dimiliki pada saat itu.Tentu hal ini sudah melalui tahapan pertanyaan yang saya sebutkan di atas ya.

4. Mencatat berapa target tabungan yang ingin dicapai?


Setelah mengetahui benda apa yang ingin dimiliki beserta harganya. Dari harga ini akan saya gunakan sebagai target tabungan. Saya mulai membagikan cara mendapatkannya yaitu dengan menabung! Dengan menabung mereka memiliki kepastian kapan benda impian ada di tangan.

5. Mulai mengendalikan antara keinginan dan kebutuhan


Self control

Cara yang terakhir dalam memberi contoh perencanaan keuangan pribadi adalah melalui control diri. Control diri dalam memutuskan dalam melakukan pembelian berdasarkan kebutuhan bukan keinginan. Kontrol diri ini berhubungan dengan 4 pertanyaan dasar sebelum membeli sesuatu di atas.

Cara mengajarkan literasi keuangan yang saya sebutkan di atas bersifat teknis. Anak-anak lebih suka jika kita mempraktekkannya dihadapan mereka. Saya akan memberikan pelajaran melalui tindakan nyata dalam mengelola keuangan pribadi.

Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi


Pada anak-anak cara mudah mengajarkan mereka literasi keuangan dengan memberikan praktik langsung. Caranya ajak mereka mengelola uang saku mereka. Saya mengajarkan anak yang masih SD untuk mengelola uang jajannya.

Jumlah uang jajan yang didapat bisa dibagi sesuai kebutuhannya. Saya mengajak anak saya untuk mengelompokkan kebutuhannya. Misalnya untuk jajan, sedekah, ditabung, dan membeli barang impian.

Karena selama ini uang yang didapatnya hanya dari saya atau ayahnya, maka saya mengajarkan mereka untuk mencatat dari mana dirinya memperoleh uangnya (sumber penghasilannya) ya. Meski terkadang sesekali mereka mendapat uang jajan tambahan dari nenek atau bibi yang datang.

Uang-uang tersebut biasanya mereka serahkan pada saya sebagai orang tua. Biasanya ibu-ibu juga begini kan? hehe. Nah karena tahun ini usia anak saya sudah memasuki sekolah dasar, dirinya sudah bisa berhitung dan menulis. Maka praktik penerapan contoh perencanaan keuangan pribadi pada anak pun dimulai.

Berikut contoh perencanaan keuangan pribadi ala anak SD ya.
  • Target tabungan (mainan yang ingin dibeli) Rp 50.000,-
  • Sedekah Rp 1.000,- per hari atau Rp 5.000,- per minggu.
  • Jajan Rp 2.000,-
  • Kesanggupan menabung Rp 2.000,- per hari

Dari uraian yang dituliskan di atas, maka dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target Rp 50.000,- adalah 25 hari. Hasil ini didapat dari Rp 50.000,- dibagi Rp 2.000.

Biasanya anak saya akan mengatakan begini, “yaa..lama sekali Mami.” Wajar ya, karena selama ini anak-anak biasanya mendapatkan sesuatu dengan cara instan. Merengek sebentar, mainan langsung dibayar hehe.

Cara saya menanggapi komentar ini adalah waktu ini bisa lebih cepat atau lebih lama. Dan yang paling utama akan tercapai jika konsisten dan disiplin menabung. Dirinya bisa mempercepat waktu target, apabila memiliki penghasilan lain atau lebih berhemat lagi. Akan menjadi lebih lama jika tidak disiplin mengelola keuangan.

Ini adalah contoh perencanaan keuangan pribadi sederhana yang saya ajarkan pada anak. Untuk mencapai target yang diinginkan saya juga mengajak anak berdiskusi. Apakah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target terlalu lama atau tidak.

Jika menurutnya terlalu lama, maka saya mencoba menawarkan cara mempercepat mencapai target tabungan yang diinginkannya. Saya mengajak anak untuk memikirkan darimana biasanya dirinya mendapatkan uang.

Lantas, jemari kecil buah hati saya menuliskan beberapa sumber penghasilannya. Kira-kira begini tulisannya:
  • Dari uang jajan rutin
  • Uang bonus karena mendapat nilai 100
  • Tambahan uang saku karena rajin membantu (kayak lagu ya)

Dari semua list yang diberikannya, saya tersenyum bahagia, ternyata anak saya menyimpan dengan rapi memori pemberian uang beserta alasannya. Dirinya juga berujar, jika dirinya rajin membantu atau rajin belajar otomatis tambahan uang saku untuknya.

Kembali saya tersenyum bangga bahwa anak kecil saya sudah mulai paham tentang uang dan cara mendapatkannya. Maka pelajaran selanjutnya yang perlu saya pahamkan pada dirinya adalah tentang konsep uang dan investasi. Tapi sepertinya ini membutuhkan waktu yang lama, sekarang cukup sampai disitu dulu hehe.

Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi Adalah Cara Mengajarkan Literasi Keuangan Sejak Dini


Jika anak-anak kita telah dibekali pengetahuan literasi keuangan tentu ke depannya mereka akan lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang. Memberikan contoh perencanaan keuangan pribadi dalam mengelola uang jajan adalah cara mudah mengajarkan literasi keuangan pada anak.

Yakinlah, jika anak-anak sudah dibekali pendidikan literasi financial sejak dini, kejadian anak-anak muda terlibat pinjaman online bisa kita cegah. Yuk ajarkan anak literasi keuangan dengan memberikan contoh perencanaan keuangan pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat.

Salam,
MQ
Ide Bisnis MQ
Hi, selamat datang di blog Ide Bisnis MQ. Semoga Sobat MQ bisa mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari tulisan di blog ini. Jika ingin bekerja sama silakan email di kontak blog ya :)

Related Posts

Posting Komentar